AUTOINDIKATOR
A. Pengertian
Dalam titrimetri sebagai penunjuk titik akhir titrasi biasanya menggunakan larutan indikator, tetapi ada beberapa titrasi yang mungkin tidak menggunakan indikator yaitu : titrasi Permanganometri, Serimetri, Iodometri, Iodimetri dan Bromatometri. Hal ini karena pada titik akhir titrasi timbul warna yang disebabkan karena senyawa itu atau perubahan senyawa itu. Tetapi walaupun begitu pada Iodometri, Serimetri, Iodimetri dan Bromatometri umumnya lebih disukai menggunakan indikator. Dalam Prakteknya hanya Metode titrasi Permanganometri saja tanpa menggunakan Indikator luar (Autoindikator).
a. Autoindikator pada Permanganometri
Titrasi Permanganometri biasanya tidak memerlukan indikator karena larutan baku KMnO4 sendiri yang berwarna ungu sudah berfungsi sebagai indikator (biasanya disebut autoindikator). Pada awal titrasi larutan KMnO4 yang berwarna ungu akan hilang warnanya setelah direaksikan dengan analat. Menjelang titik akhir titrasi, dengan kelebihan satu tetes KMnO4 menimbulkan warna yang dengan mudah dapat dipakai sebagai penunjuk berakhirnya titrasi yaitu warna merah muda pucat yang mantap. Hanya 0,01 – 0,02 ml KmnO¬4 sudah cukup untuk memberikan warna yang tampak dalam 100 ml air ( 2 – 4 x 10-6 M ).
Warna pada Titik akhir tiirasi ini tidak tetap bertahan, setelah beberapa lama lenyap kembali akibat reaksi antara kelebihan MnO4- tadi dengan ion Mn++ hasil reaksi penetapan :
2 H¬2O + 2 MnO4- + 3 Mn++ <---------> 5 MnO2 ↓ + 4 H+
Dengan konstan kesetimbangan besar ( 1047 ), Namun karena reaksi sangat lambat warna tidak segera hilang dan tidak perlu menimbulkan keraguan apakah sudah benar mencapai Titik akhir titrasi.
b. Autoindikator pada Iodometri
Titrasi Iodometri dengan Na2S2O3 sebagai titran merupakan titrasi tak langsung berdasarkan pembentukan Iodium, sehingga larutan menjadi kuning sampai cokelat. Titrasi ini dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena warna I2 yang dititrasi akan lenyap bila titik akhir tercapai. Warna itu mula – mula agak cokelat tua lalu menjadi lebih muda kemudian kuning, kuning muda dan seterusnya sampai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat perubahan warna tersebut maka titik akhir dapat ditentukan dengan cukup jelas. Konsentasi ≈ 5 x 10-6 M Iod masih tepat dapat dilihat dengan mata dan memungkinkan penghentian titrasi dengan kelebihan hanya senilai 1 tetes Iod 0,05 M.
c. Autoindikator pada Iodimetri
Pada titrasi ini Titik akhir titrasi dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dari iodium, Titik akhir titrasi tercapai bila warna larutan dari tidak berwarna menjadi berwarna kuning. Disini perlu diperhatikan bahwa warna kuning yang timbul harus minimal dalam artian warna kuning muda itu jangan sampai kuning tua, karena bila timbul warna yang lebih tua dari itu maka kesalahan titrasi menjadi lebih besar.
d. Autoindikator pada Bromatometri
Dalam titrasi bromatometri, Titik akhir titrasi ditandai dengan warna kuning dari brom bebas pada larutan titrat.
Reaksi yang terjadi mula – mula larutan titer KBrO3 dititrasikan dengan analat dalam suasana asam, setelah analat habis bereaksi dengan KBrO3 , maka kelebihan KBrO3 dalam suasana asam akan terurai menjadi Brom bebas ( Br2 ) yang berwarna kuning.
Reaksi yang terjadi berupa :
KBrO3 + HCl -----> KCl + HBr + 3 O
2 HBr + O -----> H2O + Br2 ( kuning ).
Bila dilihat dengan seksama perubahan warna dari bening menjadi kuning pada Titik Akhir Titrasi, maka masih cukup jelas dengan kesalahan titrasi yang tidak terlalu besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar