Kamis, 24 November 2011

Tes Acetone – Hemat Saku Pakai Pembersih Cat Kuku
Hari gini bicara kebut-kebutan, bagi sebagian orang mungkin tetap menarik. Tetapi sebagian besar pengguna kendaraan harian biasanya bakal berkata boros dong?
Uniknya, dari beberapa pertanyaan itu muncul beberapa topik mengenai pembersih kutek alias cat kuku. Konon, cairan bernama acetone ini bisa bikin irit konsumsi BBM. Topik ini beredar juga di kalangan pencinta otomotif tanah air maupun luar negeri.
Oksigenat
Pemakaian acetone atau cairan pembersih cat kuku sebagai aditif bensin memang masih menjadi kontroversi sampai saat ini. Coba deh, iseng browsing di situs-situs khusus membahas mengenai ramuan bensin plus acetone buat kendaraan. Berbagai pendapat dan pengalaman baik positif maupun negatif bermunculan. Bahkan ada reality show di luar negeri yang khusus membahas pemakaian acetone ini.
Sebenarnya apa sih acetone itu? Acetone merupakan cairan bening, mudah menguap (titik didih 56° C) dengan bau yang sangat khas. Sangat mudah mengenalinya karena bau ini adalah ciri khas cairan pembersih cat kuku. Menilik lebih jauh, acetone merupakan termasuk gugus keton yang juga bersaudara dengan gugus alkohol. Molekulnya punya tiga atom karbon.
Cairan ini memang banyak digunakan sebagai cairan pembersih kuku. Lalu kira-kira sifat apa yang berguna sebagai aditif bahan bakar. Sebenarnya tidak ada teori yang sudah dijelaskan secara ilmiah mengenai hal ini.
Yang ada, hanya teori mengenai tegangan permukaan acetone. Teori itu isinya mengatakan acetone mampu mengurangi tegangan permukaan dari bensin. Tegangan permukaan itu kira-kira merupakan gaya yang mengikat atom atau molekul dalam cairan. Misalnya saja air, perlu suhu 100° C supaya tegangan permukaan terputus dan air bisa menguap.
Sebagai cairan, bensin juga mempunyai tegangan permukaan. Nah, tegangan ini merupakan salah satu faktor yang menghalangi pengabutan bensin. Sedangkan pengabutan bensin sangat diperlukan supata campuran bensin dan udara lebih homogen. Nah, belum pernah ada pembuktian ilmiah mengenai hal ni. Karena itu, biasanya pemakain acetone tidak banyak. Hanya 1/5.000 sampai 1/3.000 dari jumlah bensin. Sedikit sekali.
Aditif bensin biasanya punya tiga kriteria. Pertama, bisa berupa senyawa oksigenat. Lalu punya octane number tinggi atau juga dilihat heating valuenya(kalor bakar). Acetone lebih memiliki kecenderungan sebagai senyawa oksigenat.
Metode Tes
Sedikit berbeda dengan pengetesan lain, tabloid OTOMOTIF tidak membuktikan langsung pengaruh tegangan permukaan pada pengabutan bensin. Juga tidak mengamati perbedaan keiritan langsung dengan mengukur konsumsi BBM. Efek pengiritan bakal tampak dari karakter gas buang. Yaitu perbedaan air-fuel ratio (AFR) dari mobil tes Suzuki APV. Sengaja dipakai APV dikarenakan mesin injeksi G15 masih pakai sistem open loop. Sehingga gas buang tidak dikoreksi sama sekali. Perbedaan AFR pun terbaca jelas.
Konsentrasi acetone yang digunakan adalah 1/500 (0.2%), memang jauh lebih banyak dari beberapa pendapat yang ada, Toh, pengetesan lebih bertujuan memerhatikan AFR. Karena itu sekaligus dipadu penggunaan etanol 98% (mendekati murni, kadar air hanya 2%). Ramuannya, 15% etanol dan 5% acetone. Hal ini untuk membuktikan etanol mampu melarutkan acetone lebih baik.
Untuk itu, pengetesan dilakukan di atas roller dynamometer Dastek, AFR dihitung real time dengan alat wideband lambda. Idealnya, AFR mesin bensin ada 14,7:1 atau sebandng dengan nilai lambda 1. Angka lambda dan AFR makin kecil berarti makin boros dan sebaliknya.
Pengukuran AFR tidak hanya dilakukan pada saat stasioner, tetapi juga pada putaran tinggi dengan pembebanan. Ini dimaksudkan sebagai stimulasi pengendaraan sehari-hari. Selain itu sekalian dicatat juga perbandingan tenaga maksimum dari masing-masing campuran.
Hasil Tes
Pengujian pertama menggunakan bensin premium. Pada putaran mesin stasioner 800 rpm, diketahui lambda 0,98 atau AFR 14,4:1. Setelah itu, mengukur sisa pembakaran saat mesin dipacu di atas mesin dyno dengan pembebanan. Saat pedal gas ditekan habis dan putaran roda ditahan pada 2.000 rpm, angka lambda terpantau 0,9. Kemudian terus dicatat setiap kenaikan 500 rpm hingga 5.500 rpm.
Setelah mencatat patokan sisa pembakaran melalui bensin saja, atau tanpa ditambah acetone. Barulah pengetesan menggunakan bensin premium sebanyak 4 liter yang ditambahkan 8 ml acetone (konsentrasi 0,2%). Saat stasioner ternyata hasilnya campuran menjadi lebih gemuk (bensin lebih banyak). Yaitu sebesar 0,97 atau 14,25:1. Lebih boros dari lambda bensin saja sebesar 0,98. Begitu juga yang terjadi saat sisa pembakaran diukur di atas mesin dyno. Mulai dari putaran 2.000 rpm hingga 5.000 hasilnya cenderung boros.
Perilaku berbeda tampak pada campuran kedua dengan 15% etanol dan 5% acetone. Hasilnya ternyata membuat sisa pembakaran cenderung kurus, yaitu lambda sebesar 1,01 pada putaran stasioner. Di atas dyno sisa pembakaran juga cenderung kurus hingga putaran 5.500 rpm.
Di luar perilaku AFR, ternyata kedua oplosan mampu menaikan tenaga dari standar APV 98, 7dk/6.000 rpm dan torsi 134,7 Nm/3.500 rpm. Campuran pertama acetone menaikan tenaga jadi 99,6 dk/6.000 rpm dan torsi 135,9 Nm/3.500 rpm. Lalu campuran etanol dan acetone meski punya AFR lebih kurus, ternyata juga mampu menaikan tenaga 100,2 dk/6.000 rpm dan torsi 135,9 m/3.500 rpm.
Kesimpulan
Dari hasil tes yang ada , kesimpulan yang ditarik berbeda untuk mobil yang berbeda. Kami menggolongkan efeknya pertama pada mobil injeksi dengan sistem closed loop, lalu kedua pada mobil injeksi open loop dan karburator yang punya efek mirip.
Sedikit tambahan, mobil injeksi masa kini biasanya sudah pakai sistem closed loop. Semua mobil Eropa biasanya sudah pakai sistem ini. Beberapa mobil Jepang juga sudah pakai. Cirinya, pakai sensor oksigen (wide band lambda sensor) dengan empat sampai enam kabel di saluran buang. Mesin jenis ini bisa mengubah setingan secara real time berdasarkan kadar oksigen pada komposisi gas buang.
Campuran pertama kemungkinan besar akan menimbulkan efek irit pada mobil injeksi closed loop. Soalnya dengan AFR lebih kaya, mpbil jenis ini cenderung mengurangi suplai bensin untuk mencapai AFR ideal. Artinya ECU akan membuat campuran bensin lebih kurus, dengan kata lain lebih irit.
Efek campuran pertama kali buat mobil injeksi closed loop dan karburator juga bisa bikin irit. Meski AFR lebih boros, tenaga dan torsi lebih enak. Sehingga enggak butuh bensin lebih banyak untuk mencapai kecepatan yang sama. Ujung-ujungnya irit juga kan?
Gejala berbeda tampak pada campuran kedua. AFR lebih kurus kurang menguntungkan buat mobil injeksi closed loop. Soalnya mesin mobil ini bakal mengoreksi jumlah bensin, karena kurang akan ditambah. Jadi lebih boros.
Relatif beda dengan mobil injeksi open loop dan karburator. Sudah campuran bensin lebih kurus, lebih bertenaga pula. Kira-kira efeknya mirip sama campuran pertama, bensin bisa lebih irit karena mesin lebih bertenaga.
Sumber dari : Tabloid Otomotif
EKSTRAKSI (ISOLASI KAFEIN)
I. TUJUAN PERCOBAAN
· Memahami prinsip serta jenis-jenis ekstraksi
· Memahami dan terampil melakukan proses ekstraksi kafein.
II. DASAR TEORI
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut dapat dinyatakan sebagai jumlah gram zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan pada suhu tertentu. Salah satu faktor penting yang memepengaruhi kelarutan suatu zat adalah sifat kepolaran masing – masing zat. Kepolaran dipengaruhi oleh momen dipol senyawa tersebut. Bila momen dipol suatu senyawa tidak nol maka molekul tersebut bersifat polar, dan bila jumlahnya nol maka senyawa bersifat nonpolar. Harga momen dipol dipengaruhi oleh kelektronegatifan unsur-unsur pembentuk suatu senyawa. Bila perbedaan kelektronegatifan besar maka senayawa memiliki momen dipol besar dan bersifat polar. Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut pada dasarnya berlandaskan pada prinsip ‘like dissolved like’. Kemiripan kepolaran zat terlarut dengan pelarut yang digunakan menentukan hasil pelarutan. Senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar dan sebaliknya.
Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain yang berlangsung berdasarkan pada prinsip kelarutan. Terdapat beberapa jenis ekstraksi, diantaranya :
1. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair digunakan untuk mengisolasi suatu senyawa yang semula berada dalam suatu pelarut dengan cara menmbahkan pelarut yang baru, yang tidak bercampur dengan pelarut semula.
Senyawa yang akan diisolasi memilki kelarutan yang lebih baik pada pelarut yang baru, dibandingkan pelarut sebelumnya. Dalam proses ekstraksi cair-cair terdapat besaran yang menggambarkan keberlangsungan proses ektraksi ini, yang disebut koefisien distribusi. Koefisien distribusi merupakan suatu konstanta yang menyatakan perbandingan konsentrasi zat terlarut pada kedua pelarut
K : Koefisien distribusi
Ca: Koefisien zat terlarut pada pelarut A
Cb: Koefisien zat terlarut pada pelarut B
2. Ekstraksi Asam-basa
Ekstraksi asam-basa adalah ekstraksi yang didasarkan pada sifat asam basa yang dimiliki suatu senyawa organic, disamping pada sifat kelarutannya. Senyawa asam atau basa direaksikan dengan pereaksi asam atau basa sehingga terbentuk garam. Garam ini larut dalam air, tetapi tidak larut dalam senyawa organic.
3. Ekstraksi padat-cair
Zat yang akan diekstraksi berupa zat padat, biasanya cara ini dipakai untuk mengekstraksi senyawa orgnik dari bahan alam. Seperti ekstraksi alkaloid dari daun, aroma parfum dari bunga. Ekstraksi ini dipengaruhi oleh ukuran partikel zat padat dam kontak dengan pelarut.
Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia golongan alkaloid. Alkaloid adalah suatu jenis metabolit sekunder yang mengandung atom nitrogen. Alkaloid diisolasi karena memilki sifat fisiologis aktif. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dengan bahaya yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam pengobatan. Alkaloid biasanya tak berwarna, seringkali bersifat aktif optik kebanyakan berbentuk kristal pada suhu kamar. Pra-zat alkaloid yang paling umum adalah asam amino, meskipun sebenarnya biosintesis kebanyakan asam amino lebih rumit. Secara kimia alkaloid merupakan suatu golongan heterogen. Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa diantaranya dari segi biosintesis merupakan terpenoid termodifikasi alkaloid lain terutama berupa senyawa atomatik dengan gugus basa sebagai rantai samping. Kafein banyak terkandung dalam kopi, the coklat, atau kola. Kepolaran kafein hampir sama dengan diklorometan tersebut, sehingga kelarutan kafein cukup besar di dalam diklorometan (140mg/L).
Kafein pertama kali diisolasi oleh Pelletier & Caventou pada tahun 1819. Kafein adalah komponen alkaloid derivat xanthin yang berfungsi sebagai stimulan psikoatif pada manusia. Memiliki pengaruh langsung pada sistem saraf pusat dan stimulan metabolik. Kafein menstimulan sistem saraf pusat dan menyebabkan peningkatan kewaspadaan, kecepatan dan kejelasan alur pikiran, peningkatan fokus, serta koordinasi tubuh yang lebih baik.
Sebagian besar alkaloid dalam larutan netral atau sedikit asam diendapkan oleh :
Reagen Mayer (potassium mercuric iodide Sol.)
Reagen Wagner (sol. of iodine in potassium iodide) ® merah kecoklatan
Sol.Tannic acid
Reagen Hages (saturated sol of picric acid)® kuning
Reagen Dragendorff (sol of potassium bismuth iodide)® merah kecoklatan.




III. ALAT DAN BAHAN

§ 25 gr daun teh
§ 20 gr natrium karbonat
§ Labu Erlenmeyer 250 mL
§ 275 mL air mendidih
§ Corong pisah
§ Diklorometan 60 mL
§ Magnesium sulfat anhidrida 0,3 gr
§ Penangas air
§ Batang pengaduk
§ Kertas saring
§ Corong Buchner
§ Gelas kimia
§ Spatel
§ Labu destilasi
§ 5 mL aseton panas
§ N-heksan
§ Pereaksi dragendorf

IV. CARA KERJA
Ekstraksi Daun Teh
Timbang dahulu daun teh. Tempatkan 25,1677 gr daun teh dan 20,2741 gr natrium karbonat di dalam suatu Erlenmeyer 250 mL, tambahkan ke dalamnya sejumlah 225 mL air mendidih. Biarkan campuran selama 7 menit, kemudian dekantasi pada labu Erlenmeyer lain. Pada daun teh panas yang tersisa tambahkan 50 mL air mendidih, lalu segera dekantasi dan campurkan dengan ekstrak yang pertama. Dinginkan seluruh ekstrak sampai suhu kamar. Lakukan proses ekstraksi cair-cair dengan cara menempatkan ekstrak teh yang sudah dingin dalam sebuah corong pisah dan menambahkan diklorometan sebanyak 30 mL. Kocok secara perlahan selama 5 menit, sambil sesekali membuka keran corong pisah ( jangan mengocok corong terlalu kuat untuk mencegah pembentukan emulsi ). Pisahkan fraksi diklorometan. Ulangi lagi proses ekstraksi dengan menggunakan 30 mL diklorometan. Gabungkan ekstrak diklorometan yang diperoleh dalam Erlenmeyer, lalu tambahkan kalsium klorida / magnesium sulfat anhidrat sambil diaduk dan digoyang selama 10 menit. Dekantasi ekstrak dari kalsium klorida dengan hati-hati. Untuk meguapkan diklorometan destilasi ekstrak dalam penangas air. Residu akan berupa Kristal putih kehijau-hijauan.
Rekristalisasi Kafein
Untuk rekristalisasi kafein, larutkan kristal yang diperoleh dalam labu destilasi dengan 5 mL aseton panas, lalu pindahkan larutan dari dalam labu destilasi ke dalam labu Erlenmeyer 50 mL dengan cara memipetnya atau menuangkannya. Dalam keadaan panas tambahkan n-heksan sedikit demi sedikit sampai terbentuk kekeruhan, dinginkan perlahan pada suhu kamar. Kristal yang diperoleh disaring dengan corong Buchner dan cuci Kristal dengan beberapa tetes n-heksan.
Uji Alkaloid
Larutkan kafein yang diperoleh dalam air dan masukkan 1-2 tetes pereaksi dragendorf. Alkaloid positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan jingga.
V. PENGAMATAN
Daun teh ditambah Na2CO3
dan air panas lalu didiamkan selama 7 menit campuran berwarna hitam pekat
Lalu dekantasi dan menghasilkan larutan yang berwarna hitam pekat.
Uji pH menggunakan pH indicator menunjukkan pH=12 dimana larutan bersifat basa
Penambahan diklorometan lalu dikocok pelan dan diamkan. Pada proses pengkocokan terdapat gas yang terbentuk dan setelah didiamkan terbentuk dua lapisan dimana diklorometan berada di bawah
Lapisan diklorometan-kafein ditampung dalam breaker glass, larutan berwarna kuning pucat transparan. Ketika penambahan magnesium sulfat anhidrat, terdapat butiran-butiran Kristal. Setelah di stiner butiran-butiran kristal tersebut bertambah banyak dengan diameter agak besar.
Setelah didekantasi dan larutan bebas dari air, dan dipanaskan. Terdapat sisa residu yang berupa Kristal berwarna putih kekuningan
Rekristalisasi
Ketika kristal ditambahkan aseton panas, masih terdapat gumpalan kristal kafein yang belum larut sehingga di lakukan pemanasan. Dalam keadaan panas tersebut setelah ditambahkan n-heksan dan didiamkan. Terbentuk kristal kafein yang murni, filtrasi. Setelah kristal murni dipanaskan, menghasilkan kristal murni kering.
Uji Alkaloid
Kristal yang belum murni dan yang sudah murni ditambah sedikit air dan 1-2 tetes pereaksi dragendroff menghasilkan larutan yang berwarna jingga dan endapan yang berwarna putih orange kecoklatan.
x 100% = x 100%
= 0,145 %
VI. PEMBAHASAN
Daun teh mengandung banyak sekali senyawa didalamnya, untuk memisahkan kafein dari senyawa lainnya ditambahkan Na2CO3. Na2CO3 merupakan garam non polar, yang dapat terurai di dalam air menjadi ion Na+ yang mengikat kafein dan CO3- yang mengikat H2O membentuk HCO3 (suatu asam). Garam kafein+Na larut dalam air. Air panas yang ditambahkan berfungsi membuka pori-pori dari daun teh agar ekstak daun teh dapat keluar dengan sempurna dan kafein yang didapatkan cukup banyak.
Larutan bersifat basa karena penambahan Na2CO3 yang bersifat basa.
Penambahan diklorometan berfungsi mengikat kafein yang tadinya berbentuk garam dengan Na+ menjadi berikatan diklorometan. Sebab kepolaran kafein hampir sama dengan diklorometan tersebut, sehingga kelarutan kafein cukup besar di dalam diklorometan (140mg/L). Sementara kelarutan kafein di dalam air lebih rendah (22mg/L).
Penambahan magnesium sulfat anhidrat. Anhidrat sendiri berarti tanpa air sehingga fungsi magnesium sulfat anhidrat ini adalah untuk mengikat air yang masih terbawa dalam larutan diklometan-kafein. Stirrer sendiri berfungsi agar air yang masih terkandung dalam larutan dapat berikatan sempurna dengan magnesium sulfat anhidrat, sehingga larutan bebas dari air. Magnesium sulfat anhidrat berfungsi sebagai carbo adsorbens.
Pemanasan di atas penangas air berfungsi untuk menghilangkan diklorometan (titik didih 80oC) dan meninggalkan residu kristal berwarna putih kekuningan dimana kristal tersebut merupakan kafein yang masih kotor.
Aseton ini berfungsi melarutkan kafein dan pengotor yang masih tertinggal. Dan pemanasan membantu mempercepat kelarutan. Penambahan n-heksan dimaksudkan untuk mengikat aseton dan pengotor. Aseton panas merupakan pelarut yang bersifat semi polar namun lebih cenderung ke polar, sehingga aseton dapat berikatan baik dengan n-heksan. Pengkristalan kafein terjadi karena hanya kafein yang bersifat non polar dalam campuran tersebut. Pemanasan pada kristal murni di maksudkan untuk mendapatkan kristal murni yang kering.
Endapan yang terjadi merupakan endapan kafein. Reagen Dragendorff (sol of potassium bismuth iodide) bereaksi membentuk larutan berwarna jingga kecoklatan, dan endapan dalam bentuk amorf atau kristal. Kafein dan Alkaloid lain tidak memberikan endapan dengan reagen Dragendorff, namun reaksi ini merupakan reaksi positif yang menunjukkan zat tersebut adalah kafein.
VII. KESIMPULAN
a) Kafein dapat diperoleh dari bahan alam seperti teh, kopi, coklat, atau koka. Dimana kafein dapat diperoleh dengan metoda ekstraksi.
b) Ekstraksi dipengaruhi oleh sifat kelarutan dan kepolaran dari senyawa yang akan diisolasi dan peraksi yang digunakan.
c) Untuk mengetahui zat yang diisolasi merupakan zat yang kita inginkan, maka dilakukan uji identifikasi dengan menambahkan reagent yang menunjukkan sifat khas dari senyawa yang diisolasi.
d) Fungsi dari diklorometan yaitu untuk memisahkan antara air dan kafein dalam larutan.
e) Fungsi dari reagen dragondorff adalah mengendapkan protein, dlm proses ekstraksi & penguapan , beberapa protein tidak terekstraksi, lainnya terdenaturasi pada proses penguapan atau penyaringan.
Rendemen
Kristal kotor = 0,0380 gr
Kristal murni = 0,0366 gr
Rendemen = x 100 % = x 100% = 96,315 %
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Alkaloid. Situs Web Wikipedia
Amrun Hidayat, M. Alkaloid Turunan Triptofan. Makalah Ilmiah. In Internet
Kafein. http://www.republika.co.id
Mayo, D.W., Pike, R.M., Trumper, P.K., Microscale Organic Laboratory, 3rd edition, John Wiley & Sons, New York, 1994.
Mowat AG. Non steroidal anti inflamatory drugs, Medicine International Quarterly Ed. 1985.
Nasutlon, A.R. Hesperidin, http://www.yahoo.com
Pasto, D., Johnson, C., Miller, M., Experiments and Techniquest in Organic Chemistry, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1992.
Schumacher HR. Clinical Pharmacology of the Anti Rheumatic drugs, In Primer on the Rheumatic Disease. Ninth ed. Atlanta G.A: Arthritis Founda-tion. 1988.
Williamson, Macroscale and Microscale Organic Experiments, 3rd edition, Boston, 1999.

GUGUS FUNGSI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
a. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu nayak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku, obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya.
Dua sumber utama hidrokarbon adalah minyak bumi dan gas alam serta batu bara. Minyak bumi adalah campuran senyawa yang kompleks terutama dari hidrokarbon alifatik, hidrokarbon aromatik terutama diperoleh dari batu bara.
Hidrkarbon alifatik dibagi menjadi alkana, alkena dan alkuna. Yaitu berdasarkan ketidakjenuhan ikatannya.

b. Alkohol
Metanol atau metil alkohol, CH3OH, adalah anggota keluarga alkohol yang paling sederhana. Walaupun demikian etanol CH3CH2OH lebih sering dikenal sebagai anti septik, pelarut obat-obatan, zat kimia dan pengawet. Eatnol adalah cairan jernih yang bersifat menarik air baunya khas, warna nyalanya biru.

c. Fenol
Dipandang dari strukturnya, fenol mirip dengan alkohol. Namun, sifatnya sangat berbeda. Contohnya, apakah fenol megalami dehidrasi manjadi alkena, atau menjalani oksidasi menjadi aldehida atau keton? Sebenarnya fenol adalah nama kelompok senyawa yang memilki gugus hidriksil (-OH) melekat langsung pada cincin aromatik, tetapi nama ini digunakan pula untuk anggotanya yang paling sederhana, C6H5OH. Kebanyakan fenol berbau tajam dan dapat diasosiasikan dengan desinfektan. Bahan pembersih yang mengandung campuran komp;eks dari keluarga fenol, antara lain o-benzil-p-klorofenol. Fenol dalam larutan pekat sangat bercun bagi semua jenis sel. Senyawa ini dapat menimbulkan luka bakar.
Fenol berlaku sebagai asam lemah (lebih lemah dari asam karboksalat), sehingga dengan basa dapat menghasilkan garam yang disebut fenoksida. Fenol dapat juga menghasilkan ester.
d. Asam Karboksilat
Asam karboksilat adalah asam lemah, karena itu hanya sedikit mengurai dalam air memberikan H+ dan anion karboksilat. Salah satu anggota keluarga asam kerboksilat, yaitu asam asetat. Asam asetat adalah cairan jernih berbau sangat asam dan umumnya digunakan sebagai larutan cuka makan. Asam asetat kdarnya 100% pada suhu 16,6°C akan membeku menjadi kristal yang menyerupai es, dalam keadaan ini disebut juga cuka es.

e. Uji Kelarutan
Kelarutan senyawa organik dalam berbagai pereaksi merupapakan sifat yang penting. Senyawa polar, tetapi tidak larut dalam senyawa nonpolar. Hal yang sebaliknya terjadi untuk enyawa nonpolar. Gugus fungsi nonpolar akan mendominasi sifat kelarutan suatu molekul kecil, tetapi untuk molekul besar polaritas gugus fungsi menjadi tidak berarti dibandingkan dengan molekul lain yang nonpolar. Jadi, etanol jauh lebih larut dalam air dibandingkan dengan heksanol. Suatu senyawa yang bereaksi dengan pereaksi tertentu dapat berubah sifat kelarutannya. Misalnya alkil amina yang tidak larut air akan bereaksi dengan larutan asam yang menghasilkan garam alkil amoniak yang larut air.
Uji kelarutan merupakan uji yang mudah untuk menggolongkan senyawa organik. Penggolongan seperti ini merupakan dasar bagi beberapa uji khas untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang ada. Yang paling mudah ialah membagi dulu senyawa organik menjadi dua golongan menurut kelarutannya dala air. Setiap golongan dibagi lebih lanjut berdasarkan kelarutannya dalam pelarut atau pereaksi-pereaksi lain.


1.2. TUJUAN :
1. Mengenal perbedaan golongan senyawa organik berdasarkan gugus fungsinya
2. Membandingkan sifat fisik dan kimia dari golongan senyawa organik yaitu hidrokarbon, alkohol, fenol asam karboksilat dan senyawa aromatik.
3. Menguji reaksi gugus fungsi yang penting dalam bidang kimia, biokimia dan fisiologi.











BAB II
KAJIAN TEORI


3.1. Dasar Teori

1. Hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2•n+2).
Pada dasarnya terdapat tiga jenis hidrokarbon:
1. Hidrokarbon aromatik, mempunyai setidaknya satu cincin aromatik
2. Hidrokarbon jenuh, juga disebut alkana, yang tidak memiliki ikatan rangkap atau aromatik.
3. Hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap antara atom-atom karbon, yang dibagi menjadi:
 Alkena
 Alkuna
Tiap-tiap atom karbon tersebut dapat mengikat empat atom lain atau maksimum hanya 4 buah atom hidrogen. Jumlah atom hidrogen dapat ditentukan dari jenis hidrokarbonnya.
 Alkana: CnH2n+2
 Alkena: CnH2n
 Alkuna: CnH2n-2
 Hidrokarbon siklis: CnH2n
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon

2. Fenol

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. [1]



Rumus struktur Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan
sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. [1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol

3. Benzena

Benzena

Nama Sistematis
Benzena (atau 1,3,5-sikloheksatriena)
Nama lain Benzol
Sifat
Rumus molekul
C6H6
Massa molar
78,1121 g/mol
Penampilan Cairan tak berwarna
Densitas
0,8786 g/mL, zat cair
Titik leleh
5,5 °C (278,6 K)
Titik didih
80,1 °C (353,2 K)
Kelarutan dalam air
0,8 g/L (25 °C)
Viskositas
0,652 cP pada 20 °C

Momen dipol
0 D

Senyawa terkait
Senyawa terkait toluena
borazina

Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Benzena


4. Alkohol
Dalam kimia oganik istilah alkohol merupakan nama suatu golongan senyawa orgaanik yang tersusun oleh unsur C, H dan O dengan struktur yang khas. Ditandai dengan adanya gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus fungsi golongan alkohol.
Dalam reaksi-reaksi alkohol memperlihatkan dua sifat yang berlawanan yaitu yang dapat menerima proton, dan juga dapat melepaskan proton. Kedua sifat ini. Kedua sifat ini dapat diamati dalam sejumlah reaksi yang terjadi pada alkohol.
Jika didasarkan pada jenis atom karbon yang menbgikat gugus (-OH) golongan alkohol dapat dikelompokan menjadi :
 Alkohol primer; Merupakan alkohol yang gugus (-OH) terletak pada atom karbon primer
 Alkohol sekunder; Merupakan alkohol yang gugus (-OH) terletak pada atom karbonsekunder.
 Alkohol tersier; Merupakan alkohol yang gugus (-OH) terletak pada atom karbon tersier

Kereaktifan ketiga jenis alkohol tersebut terhadap pereaksi sangat berbeda. Misalnya dalam reaksi oksidasi semua jenis alkohol dapat melepas air (dehidrasi) menghasilkan alkena apabila dipanaskan dengan zat penarik air seperti H2SO4 pekat.
Bila ditinjau dari jumlah gugus (-OH) ya ng terdapat dalam masing-maing strukturnya, golongan alkohol dapat dibedakan menjadi :
Alkohol monohidroksi; Mempunyai satu gugus (-OH).
Alkohol dihidroksi; Mempunyai dua gugus (-OH).
Alkohol trihidroksi; Mempunyai tiga gugus (-OH)
Perlu diketahui bahwa apabila dalam suatu rumus stuktur senyawa terdapat gugus (-OH) yang langsung terikat pada cincin aromatik maka senyawa tersebut bukan termasuk golongan alkohol melainkan fenol.
(Drs. Parlan M.Si, 2003 hal. 122-123)
Asam alkanoat





Rumus bangun umum asam alkanoat. R (radikal) dapat berupa gugus fungsional lain
Asam alkanoat (atau asam karboksilat) adalah segolongan asam organik alifatik (rantai terbuka) yang memiliki gugus fungsional karboksil (biasa dilambangkan dengan COOH). Semua asam alkanoat adalah asam lemah. Dalam pelarut air, sebagian molekulnya terionisasi dengan melepas atom H menjadi ion H+.
Asam karboksilat dapat memiliki lebih dari satu gugus fungsional. Asam karboksolat yang memiliki dua gugus karboksil disebut asam dikarboksilat (alkandioat), jika tiga disebut asam trikarboksilat (alkantrioat), dan seterusnya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_alkanoat

5. Uji Kelarutan
Kelarutan senyawa organic dalam berbagai pereaksi merupakan sifat yang penting. Senyawa polar larut dalam pelarut polar, tetapi tdak larut dalam senyawa non polar. Hal yang sebaliknya terjadi untuk senyawa non polar. Gugus fungsi polar akan mendominai sifat kelarutan suatu molekul kecil, tetapi untuk molekul besar polaritas gugus fungsi menjadi tidak berarti dibandingkan dengan molekul lain yang non polar.
Uji kelarutan merupakan uji yang mudah untuk menggolongkan senyawa organic. Penggolongan seperti ini merupakan dasr bagi beberapa uji khas untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang ada. Yang paling mudah ialah membagi dulu senyawa organic menjadi dua golongan menurut kelarutannaya alam air. Setiap golongan dibagi lebih lanjut berdasarkan kelarutanya dalam pelarut atau pereaksi-pereaksi lain.
(Modul Penuntun Praktikum Organic 1)
























3.1.




BAB III
METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN
Alat





















Bahan-Bahan Yang Digunakan
a. Sikloheksana
b. Toluena
c. CCl4
d. Brom
e. Sikloheksena
f. KMnO4
g. Etil Alkohol
Etanol (disebut juga etil-alkohol atau alkohol saja), adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya yang tidak beracun bahan ini banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa tapi memilki bau yang khas. Bahan ini dapat memabukkan jika diminum. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O.
h. HNO3
i. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan.
Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.
Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering.
Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau, jarang-jarang sekali, asam Nordhausen.
Di atmosfer, zat ini termasuk salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam
Asam sulfat dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9.
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sulfat

j. Benzena
k. Alkohol
l. Na2SO4
m. CH3COOH
n. Gliserol
Gliserol nu ogé katelah gliserin nyaéta sanyawa kimia cair tanpa warna, tanpa bau, jeung kentel nu sok dipaké dina industri farmasi. Ieu sanyawa téh golongan alkohol gula, ku kituna karasa amis kalawan toksisitas asor. Gliserol ngandung tilu gugus hidroksil hidrofilik nu ngajadikeun ieu cairan leyur dina cai sarta boga watek higroskopik. Tegangan permukaanana 64,00 mN/m dina suhu 20°C , sedengkeun koéfisién suhuna -0.0598 mN/(m K).





Gliserol (modél 3D), némbongkeun atom-atomna jeung pasangan éléktron bébas nu dibeungkeut ku atom oksigén (kayas).
Nepi ka sababaraha waktu ka tukang, gliserol sintétis dijieun dina skala industri tina épiklorohidrin. Kusabab gliserol téh minangka tulang tonggong trigliserida, ieu sanyawaan bisa dihasilkeun tina saponifikasi atawa trans-ésterifikasi, misalna baé di industri sabun jeung biodisel.
Di industri biodisel, gliserol téh 10% produk lian tina produksina (tina trans-ésterifikasi minyak nabati). Hal ieu ngabalukarkeun ceuyahna gliserol atah di pasar, sahingga prosés épiklorohidrin jadi henteu ékonomis. Kiwari, produksi gliserol di AS nepi ka kira 350.000 ton per taun, sedengkeun di Éropa 600.000 ton per taun. Ka hareup, produksina bakal leuwih loba ku dilarapkeunana kawajiban ngaganti 5,75% suluh minyak bumi ku biosuluh (biofuel) di Éropa taun 2010[1].
http://su.wikipedia.org/wiki/Gliserol

o. Fenol

3.2. PROSEDUR KERJA
a. Sifat Fisik Hidrokarbon



- Masing-masing dimasukan dalam tabung reaksi
- + 10 tetes air\
- amati











- Masing-masing dimasukan dalam tabung reaksi
- + 10 tetes CCl4
- Kocok
- Amati

b. Reaksi KMnO4


- Masing-masing dimasukan dalam tabung berisi 2 ml etanol
- +2 tetes KMnO4 2%
- Biarkan beberapa menit
- Diamati





c. Benzena

- Masukan dalam tabung reaksi
- Didinginkan dibawah air kran
- + 1 ml lart. Benzena
- Dikocok


- Dituangkan dalam gelas kimia berisi air






d. Alkohol

 Perhatikan kelarutan
 + Beberapa tetes H2SO4 pekat
 +beberapa butir kalsium atau natrium dikromat
 Panaskan

 Catat bau yang terbentuk


 Dimasukan dalam tabung rx
 + beberapa tetes H2SO4 pekat
 Kocok
 Panaskan diatas penangas air ± menit
 Tuangkan dalam air
 diamati










 Dimasukan dalam tabung rx
 + kristal kalsium hidrogen sulfat
 Sebayak 2x gliserol
 panaskan




 Diamsukan dalam tabung reaksi
 + beberapa tetes amil alkohol sambil di aduk
 Amati kelarutan alkohol dalam air

 Dimasukan dalam tabung rx
 + Beberapa tetes H2SO4 pekat


 Ditaruh dalam air yang mendidih selama 10 menit
 Tuangkan kedalam geals kimia berisi air

Cata bau


e. fenol


 Dimasukan dalam tabung rx berisi air
 Kocok
 Amati kelarutannya
 biarkan


 Panaskan
 kocok


 Dibagi dua


+ larutan NaOH tetes demi tetes - Diencerkan
- dibagi dua


+ lart.FeCl3 - air brom


+HCl




f. Asam Kaboksilat
Asam Format


 Di + lart. NH4OH
 kocok sampai bau amoniak tercium
 didihkan 2-3menit
 dinginkan
 + lart. AgNO3


 dipanaskan








Asam Asetat


 + beberapa tetes as.asetat pekat
 +kalium permanganat secukupnya


Dipanaskan
amati


Uji Kelarutan

dimasukan dalam tabung rx
5 tetes senyawa yang kelarutannya akan diuji
Aduk
Diuji dengan H2SO4 dalam tabung rx





















BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN


4.1. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hidrokarbon
1. sifat fisik hidrokarbon

Contoh Kelarutan dalam
air n-heksana
Sikloheksana
Toluena tidak larut dalam air
tidak larut dalam air larut dalam CCl4
larut dalam CCl4

2. Reaksi dengan KMnO4
Contoh Kelarutan dalam
Bereaksi dalam 1 menit Tanda adanya reaksi
Sikloheksana

Toluena Ya (terjadi dalam 1 menit)
tidak Lenyapnya warna ungu menjadi coklat
Lenyapnya warna ungu menjadi coklat

Warna yang terbentuk dari ungu menjadi merah maron dan sedikit endapan

B. Benzena

1 ml HNO3 + 2ml H2SO4 yang terbentuk bahwa ternyata kedua senyawa tersebut saling melarut. Kemudian ditambahkan larutan benzena, dikocok betul-betul ternyata terbentuk minyak berwarna kuning mengendap pada dasar gelas piala. Dan apabila dilakukan penambahan benzena berlebih maka minyak kuning akan terapung diatas air.
C. Alkohol
1). Etanol +air yang terbentuk yaitu etanol dapat larut dalam air
2). – Etanol +Air + H2SO4 + Na2Cr2O7 terjadi perubahan warna yaitu warna hijau
- dipanaskan yang timbul gelembung-gelembung gas dan memiliki endapan hijau tua.
- dituang dalam air yang terjadi yaitu timbulnya bau yang menyengat.
3). 1 ml etanol (alkohol) + 1 ml CH3COOH (pekat) + H2SO4 (pekat). Terjadi saling arut dan setelah dipanaskan akan menimbulkan bau yang menyengat
4). Gliserol + air, tidak saling larut. Semakin banyak gliserol yang ditambahkan maka semakin sedikit kelarutannya
5). Amil Alkohol + Gliserol yang terbentuk bau yang sangat menyengat
6). Amil Alkohol + Air, terjadi sebagian alkohol larut dalam air
7). 1 ml CH3COOH + H2SO4 dimasukan dalam air mendidih yang terjadi yaitu timbulnya warna larutan yang menyengat.
D. Fenol
1. baunya sangat menyengat dan gambar stukturnya adalah sebagai berikut

2.Kelarutan fenol dalam air bersifat homogen, penambahan fenol mencapai 6 gram yang tetap larut dalam air, selanjutnya sudah tidak larut
3. ketika larutan ditambahkan asam mineral seperti HCl warna ungu akan menghilang menjadi warna kuning dan adanya endapan berwarna orange.

E. Asam Karboksilat
Asam format
1. Asam format tidak berbau, larut sempurna dalam air
2. Terdapat gelembung dan larutan menjadi keruh dan endapan berwarna-abu-abu
3. Warnanya dari merah muda menjadi coklat setelah dipanaskan menjadi bening
Asam asetat
1. Warna merah jambu setelah dipanaskan menjadi merah tua dan terbentuk gelembung.















Jenis Senyawa Senyawa H2O NaOH
2 M NaHCO3
jenuh HCl
1 M H2SO4
Alkohol

Aldehida


Asam Karboksilat

Keton
Etanol

Asetaldehida


Asam asetat


Aseton Larut sempurna
Tidak larut

Larut


Tidak larut Larut ada gas
Tidak larut ada gas
Tidak larut ada gas
Larut tak ada gas Larut

Tidak larut

Larut


Larut Tidak larut
Larut


Larut


Larut
Tidak larut
Larut


Larut


Tidak
F. uji kelarutan






4.2. Pembahasan

Pada percobaan dengan judul “pengenalan gugus fungsi” terdiri atas pengujian hidrogen, alkohol, fenol, asam karboksilat, benzena dan uji kelarutan. Pada eksperimen hidrokarbon kita akan menguji sifat fisik hidrokarbon, reaksi dengan KMnO4, perlakuan untuk uji fisik hidrokarbon di lakukan atas 4 kali uji yaitu yang pertama kita menambahakan 10 tetes air dalam sikloheksana hasil pengamatan menunjukkan tidak larut. Hal ini terjadi karena sikloheksana bersifat non polar sedangkan air bersifat polar. Perlakuan berikutnya kita menambahkan 10 tetes air dalam toluena, pada saat dilakukan pengamatan larutan ini tidak larut (tidak tercampur) ini karna toluena bersifat nonpolar sedangkan air bersifat polar. Pada perlakuan yang ketiga kita mencampurkan sikloheksana dengan n-heksana, keduanya dapat bercampur sempurna. Ini terjadi karna kedua senyawa tersebut adalah senyawa organik dan kedua-duanya bersifat non polar. Percoban berikutnya kita mencampurkan toluena dan n-heksana, yang terjadi keduanya dapat tercampur sempurna. Hal ini disebabkan pula kedua-duanya merupakan senyawa organik. Dan juga karena kedua senyawa tersebut bersifat non polar.
Untuk percoban reaksi dengan KMnO4 kita akan melakukan dua perlakuan yang pertama kita akan menambahkan 6 tetes sikloheksana + 2 ml etil alkohol + 2 tetes KMnO4 2 % dalam waktu satu menit belum mengalami perubahan warna (warna tetap merah) namun setelah lima menit larutan berubah menjadi coklat dan terbentuk endapan.
Sikloheksana dapat di gambarkan dengan beberapa konformasi terlipat, tetapi konformasi yang paling stabil adalah kolivormasi bentuk kurs: dalam konformasi ini semua ikatan karbon-karbon (C-C-C) mempunyai sudut 109,50 dan atom-atom hidrogen yang berdekatan ada dalam keadan goyang (staggered) untuk uji benzena dilakukan satu kali perlakuan yaitu kita menambahkan 1 ml HNO3 pekat dengan 2 ml H2SO4 pekat dan benzena yang dinginkan di bawa air keran yang kemudian dipanaskan. Pada saat di campurkan minyak kuning yang kental mengindap dan berbau khas setelah ditambahkan benzena berlebihan sebagian benzena mengapung di atas air. Setelah dipanaskan terbentuk padatan kecil-kecil.
Untuk alkohol perlakuan yang pertama kita mencampurkan etanol di tambahkan dengan air. Hasil pengamatan menujukan larutan ini bercampur sempurna karna keduanya bersifat polar.
Pada percoban berikutnya kita mecampurkan etanol, ditambahkan dengan air juga H2SO4 pekat kemudian ditambahkan natrium dikromat dan dipanaskan. Hasil pengamatan menujukan warna menjadi hijau tua, setelah dipanaskan terdapat gelombang-gelombang yang banyak dan memiliki endapan berwarna hijau tua serta memiliki endapan berwarna hijua tua, serta memiliki bau nenyengat.
Untuk perlakuanyang selanjutnya alkohol ditambahkan dengan CH3COOH pekat ditambahkan juga beberapa tetes H2SO4 pekat kemudian dikocok dan dipanaskan diatas pemanas kurang lebih 10 menit, kemudian tuang isinya kedalam air. Hasil pengamatan baunya sangat menyengatkan (Seperti balon gas).
Pada percobaan selanjutnya kita mencampurkan gliselor dengan air pada berbagai perbandingan pada saat diamati semkin banyak air ditambahkan, kekentalan gliserol semakin berkurang dan sebaliknya jika semakin sedikit air yagg ditambahkan maka kekentalan semkin berkurang. Pada perlakuan berikutnya kita memasukan gliselor dalam tabung reaksi ditambahkan kastal kalium hidrogen sulfat (dua kai oliserot) kemudian dipanaskan. Pada saat dipanaskan reaksinya sangat cepat dan terbentuk gelembong-gelembung dan baunya sangat menyengat hal ini tentunya tempelatur dapat mempengaruhi reaksi, semakin tinggi yang digunakan semakin cepat pulah hasil reaksi yang terbentuk.
Pada perlakuan yang berikutnya tabung reaksi yang berisi air di tambahkan beberapa tetes (setetes demi setetes) sambil diaduk betul-betul. Pada saat ditambakan setete dimi setets amil alkohol hanya sebagian saja yang larut. Percobaan selanjutnya kita menembahkan satu nil amil alkohol dalam 1 ml CH3COOH dalam tabung reaksi dan ditambahkan babarapa tetes H2SO4 paket. Campuran dimasukkan kedalam air yang mendidih selama 10 m. Setelah itu dituangkan gelas pialg yang berisi air. Hasil pengamatan baunya sangat menyengat.
Reaksi-reaksi yang terjadi pada alkohol dapat berubah pergantian hidrogen dalam gugus OH hidrogen dalam gugus alkohol dapat digantikan oloh logam aktif, gugus alkil dan gugus asam. Dapat juga pergantian oleh logam aktif disertai pembebasan hidrogen.
2CH 3OH + 2CH 3ON4 + H2.

Dapat juga reaksi olkohol adalah pergantian gugus alkil. Reaksi ini terjadi bilah alkohol diubah lebihdahulu menjadi garam alkoksi dan kemudian direaksikan dengan alkil halida.
Reaksi alkohol yang lain dapat berubah pergantian oleh gugus asam reaksi pergantian ini dapat berlangsung bilah alkohol direaksikan dengan asam, anhilida asam, atau klorida asam, dan semuanya menghasilkan ester. Misalnya:
C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
Etanil asam asetat etil asetat
Reaksi alkohol dapat berubah pergantian gugus hidrogsil. Gugus OH alkohol dapat digantikan oleh atom halogen, bilah alkohol di reaksikan dengan fosfor halida (Px3 atau Px5)
Misalnya :
C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi pergantian juga serupa terjadi bila alkohol direaksikan dengan asam halogen (HX)
Misal :
C2H5OH + HBr C2H5Br + H2O

Untuk eksperimen tentang fenol dilakukan tiga kali perlakuan. Yang pertama kita mencatat bau yang khas dari fenol dan menuliskan strukturnya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa fenol memiliki bau menyengat dengan rumus struktur sebagai berikut.





Kalau sepintas dilihat fenol mirip dengan alkohol sama-sama memiliki gugus hidroksil (OH) namun perbedaan yang pokok antara keduanya adalah bahwa gugus OH pada fenol terikat langsung pada cincin aromatik sedangkan pada alkohol terikat pada rantai alifatik.
Pada perlakuan yang kedua praktikan memasukan 2 mL air dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan sedikit kristal fenol, pada setiap penambahan dikocok kemudian dipanaskan. Hasil pengamatan menunjukan pada saat telah jenuh penambahan fenol selanjutnya akan memisah dan mengapung. Pada saat dipanaskan campuran akan menjadi larut yang serba sama (homogen) kemudian campuran dibagi menjadi dua.
Sebagaian dari larutan diatas diencerkan sampai lapisan fenol melarut semua. Larutan ini kemudian dibagi lagi menjadi dua bagaian, pada bagaian yang satu ditambahkan larutan FeCl3. pada saat diamati terbentuk warna ungu dari larutan yang merupakan warna khas dari larutan tersebut.
Kemudian hasl dari larutan diatas ditambahkan dengan HCl, setelah diamati warna ungu yang dihasilakan menghilang dan menjadi warna kuning dan adanya endapan warna orange.
Anggota golongan fenol yang sederhana merupakan zat padat denagn titik leleh rendah. Karena adanya ikatan hidrogen diantara molekul-molekulnya, maka titik didih cairanya tinggi. Fenol sedikit larut dalam air ( 9gr/100gr air).
Asam format tidak berbau, larut sempurna dalam air dan terdapat gelembung dan larutan menjadi keruh dan endapan berwarna-abu-abu warnanya dari merah muda menjadi coklat setelah dipanaskan menjadi bening karena terjadinya penguapan sehingga terjadinya pemutusan ikatan. Hal ini akan mengakibatkan perubahan baik dari segi kimia yaitu ditinjau dari strukturnya maupun dari segi fisik terjadinya perubahan warna menjadi bening.
Pada uji kelarutan dimana dalam hal ini dilakukan 6 kali perlakuan yaitu yang pertama mencampurkan antara heksana dan asam format dengan hasilnya tidak melarut ini juga terjadi pada pencampurkan heksana dengan asam asetat. Hal ini disebabkan karena heksana bersifar non polar sedangkan asam format dan asam asetat bersifat polar. Kemudian selanjutnya mencampurkan air dengan asam format hasilnya melarut sempurna sedangkan ketika dilarutkan dengan asam asetat hanya larut sebagian hal ini dikarenakan semakin panjang rumus struktur dari asam asetat walaupun keduanya bersifat polar. Selanjutnya campuran etanol dengan asam format melarut sempurna bahkan ketika dilarutkan dengan asam asetat juga larut sempurna hal ini senada dengan sifat kelarutannya.
Pada percobaan/perlakuan selanjutnya etil asetat dilarutkan dalam asam format yang terjadi keduanya tidak melarut demikian juga ketika dilarutkan dalam asam asetat. Selanjutnya n-heksan ketika dilarutkan dalam asam format larut sempurna sedangkan ketika dilarutkan dalam asam asetat tidak dapat larut. Kemudian perlakuan yang terakhir kloroform dicampurkan dengan asam format hasiln ya kloroform tidak larut demikian halnya ketika dilarutkan dengan asam asetat.
Dari pengamatan di atas dapat dikatakan bahwa sifat kelarutan senyawa organik dalam suatu pelarut tertentu bergantung kepada dua zat yang akan dilarutkan dalam artian bahwa senyawa yang memiliki sifat yang sama dalam kepolarannya cenderung akan dapat melarut. Jadi senyawa polar larut dalam senyawa yang polar dan senyawa yang nonpolar akan larut juga dalam senyawa yang nonpolar.

































BAB V
PENUTUP


5.1. Kesimpulan
Dari beberapa percobaan yang dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan antara lain:
 Hidrokarbon adalah sentyawa organik yang hanya terdiri dari unsur karbon (C), dab Hidrogen (H). Sumber utama hidrokarbon adalah minyak bumi dan dan gas alam serta batu bara
 Hidrokarbon dibagi atas hidrokarbon Alifatik yang terdiri atas alkana alkena dan alkuna. Dan hidrokarbon alisiklik yang terdiri atas sikloalkana dan sikloalkena serta hidrokarbon Aromatik yang terdiri atas benzena dan tirunannya.
 Alkohol merupakan suatu nama dari senyawa organik yang tersusun ats unsur C, H dan O dengan struktur yang khas yang ditandai adanya gugus hidroksil sebagai gugus fungsi alkohol.
 Fenol merupaka senyawa organik yang memiliki rumus umum Ar-OH dengan ketentuan bahwa Ar merupakan gugus aril. Fenol memiliki rumus struktur :



 Asam karboksilat merupakan asam lemah, karena itu reaksunya dalam air hanya terionisasi sebagaian. Dalam asam karboksilat terdapat gugus karboksil




 Benzena merupakan suatu nama golongan senyawa organik yang memiliki rumus molekul C6H6 struktur benzena dilukiskan menurut kekule (1873) sebagai cincin beranggato 6 (heksagon) yang mengandung ikatan unggal dan rangkap yang berselang seling. Rumus sruktur benzena.




 Sifat kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tertentu bergantung pada sifat kepolaran kedua zat yang bersangkutan. Senyawa yang polar aka larut dalam senyawa polar, sedangkan senyawa nonpolar akan larut dalak senyawa nonpolar.

5.2. KEMUNGKINAN KESALAHAN

1. Kurang praktikan dalam merangkai alat, sehingga mengakibatkan kesalahan pada percobaan.
2. kurang telitinya praktikan dalam mengamati timbulnya gas ketika dilarutkan.
3. Kesalahan dalam mencampur larutan (takaran masing - masing)
4. Kesalahan dalam mengamati kelarutan dari senyawa (sampel).
5. Kesalahan dalam membedakan aroma dari setiap sampel yang diberikan.






























DAFTAR PUSTAKA

Team Teaching Kimia Anorganik. 2008. Modul Praktikum. Gorontalo:UNG
Fessenden & Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi ketiga jilid 1 dan 2. jakarta : Erlangga.
Drs Parlan M.Si 2003. Kimia Organik I. Malang JICA
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbon
http://id.wikipedia.org/wiki/Fenol
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_alkanoat
http://su.wikipedia.org/wiki/Gliserol
Team Teaching. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. 2010. FMIPA : UNG